Rabu, 30 Januari 2013

MENDIRIKAN DAULAH ISLAM


Nabi saw tiba di Madinah. Sejumlah sahabat dari penduduk Madinah, kaum Muslim, bahkan orang-orang Musyrik dan kaum Yahudi menyambut kedatangannya. Seluruh kaum Muslim berkumpul mengelilingi beliau. Mereka semua sangat antusias dan ingin menyambut kedatangan beliau. Kaum Muslim sangat senang dalam memberikan pelayanan dan penghormatan kepadanya. Mereka siap mempersembahkan jiwa mereka di jalan yang beliau tempuh dan agama yang datang bersamanya.
Setiap sahabat menginginkan Nabi saw tinggal di rumahnya. Beliau menanggapi hal itu dengan melepaskan tali kekang untanya dan membiarkannya mencari tempat berhenti. Akhirnya unta itu berhenti di tempat unta milik Sahal dan Suhail, dua anak yatim putra ‘Amru. Beliau kemudian membeli tanah itu dan di atasnya didirikan masjid dan di sekitarnya dibangun bilik-bilik rumah beliau. Beliau membangun masjid dan rumah tanpa menyakiti orang. Bentuknya sangat sederhana, tidak membutuhkan biaya yang banyak, dan tidak memerlukan kerja besar. Masjidnya berupa halaman luas yang empat sisi temboknya dibangun dari batu merah dan tanah liat. Sebagian atapnya dari pelepah kurma dan sebagian yang lain dibiarkan terbuka. Salah satu pojok serambinya dikhususkan untuk tempat bermukimnya kaum fakir yang tidak memiliki tempat tinggal. Di waktu malam, masjidnya tidak diberi cahaya lampu kecuali pada waktu shalat ‘isya. Penerangannya diambil dari jerami yang dibakar di tengah-tengah masjid. Tempat tinggal Nabi saw juga tidak lebih baik dari masjid yang dibangunnya, kecuali penerangannya yang
Mendirikan Daulah Islam
lebih banyak. Di tengah-tengah penyelesaian pembangunan masjid dan bilik-bilik rumahnya, beliau saw tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshariy hingga pembangunannya selesai. Kemudian beliau saw pindah ke tempat tinggalnya yang baru dan menetap di sana. Di tempat tersebut beliau memikirkan kehidupan baru yang baru saja beliau mulai, yang telah mengalihkan dirinya serta dakwahnya dalam sebuah langkah besar dari satu tahapan ke tahapan lainnya. Dakwahnya beralih dari tahap pembinaan dan interaksi ke tahap penerapan hukum Islam kepada masyarakat, yang mengatur berbagai hubungan yang ada di dalamnya. Langkah itu pun telah memindahkan dari tahapan dakwah yang sematamata menuntut kesabaran dalam menghadapi penderitaan menuju tahap pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan yang dapat melindungi dakwah tersebut.
Sejak tiba di Madinah, Rasul saw memerintahkan para sahabat membangun masjid sebagai tempat shalat, berkumpul, bermusyawarah, dan mengatur berbagai urusan kaum Muslim sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka. Beliau menjadikan Abu Bakar dan Umar sebagai dua orang pembantunya. Beliau saw bersabda, “Dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.” Kaum Muslim senantiasa berkumpul di sekitar beliau dan merujuk semua persoalan kepada beliau.
Dengan demikian, beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qadli dan panglima militer. Beliau saw memelihara berbagai urusan kaum Muslim dan menyelesaikan perselisihan-perselisihan di antara mereka. Di samping itu, beliau mengangkat beberapa komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah. Jadi, sejak tiba di Madinah, beliau telah mendirikan Daulah Islam. Negara tersebut dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan yang cukup untuk melindungi negara dan menyebarkan dakwah. Setelah seluruh persoalan stabil dan terkontrol, beliau mulai menghilangkan rintangan-rintangan fisik yang menghadang di tengah jalan penyebaran Islam. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan ini formulir sebelum mengomentari